MRP
merupakan konsep manajemen produksi yang berbicara mengenai cara tepat
perencanaan kebutuhan barang dalam berproduksi. MRP dalam keberadaannya
memanfaatkan kemampuan komputer untuk menyimpan dan mengolah data yang berguna
dalam operasionalisasi aktifitas perusahaan. MRP mampu mengkoordinasikan
berbagai fungsi dalam perusahaan manufaktur seperti teknik, produksi, dan
pengadaan. Oleh karenanya, MRP menarik tidak hanya menunjang decision making
tetapi juga total perannya mendukung aktifitas perusahaan. Pada dasarnya MRP
terdiri dari jadwal induk produksi, daftar material, dan catatan persediaan.
Berdasarkan informasi dari jadwal induk produksi diketahui permintaan suatu
produk akhir. Lantas, dengan mengetahui komponen yang membentuk produk akhir,
status persediaan, waktu tenggang untuk memesan bahan maupun merakit komponen
disusun suatu perencanaan kebutuhan dari komponen yang diperlukan. Output MRP
tidak lain berbentuk jadwal pesanan pembelian komponen kepada supplier atau
bagian produksi dalam pengerjaan perakitan komponen tertentu. Product explosion
demikian terjadi karena demand produk akhir di pecah ke dalam demand dari
berbagai komponen produk tersbut. Demand yang uniform dari satu periode ke
periode lain menempatkan ukuran lot optimal dapat dicari menggunakan metode
EOQ, dan sebaliknya yang tidak uniform metode lot-for-lot, part period
balancing, period order quantity layak memperoleh perhatian penggunaannya.
Terbersit ingin merencanakan kebutuhan barang dalam produksi maka teringat
Material Requirements Planning salah satu solusinya.
Ada beberapa pengertian
dari MRP, antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Material Requirement Planning (MRP) merupakan suatu
teknik atau prosedur logis untuk menterjemahkan Jadwal Produksi Induk (JPI)
dari barang jadi atau end item menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen
yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan JPI. MRP ini digunakan untuk
menentukan jumlah dari kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Produksi Induk
dan kapan kebutuhan material tersebut dijadwalkan. (Orlicky,et al., 1994).
2.
Material Requirement Planning (MRP) merupakan
sistem informasi berbasis komputer yang didisain untuk memesan dan menjadwalkan
permintaan (raw material, komponen dan sub assemblies) dengan cara yang
terkoordinasi.(Oden,et al., 1998)
3.
Material Requirement Planning (MRP) merupakan
aktivitas perencanaan material untuk Seluruh komponen dan raw material (bahan
baku) yang dibutuhkan sesuai dengan Jadwal Produksi Induk (JPI) yang sama
halnya dengan demand / permintaan per komponen (John A. White, et al., 1987).
Sistem MRP merupakan strategi material proaktif. MRP melihat ke masa depan dan mengidentifikasi material yang akan diperlukan, jumlahnya, sumber yang tepat, untuk penempatan yang tepat dan pada waktu yang tepat. Dengan adanya perencanaan dan penjadwalan kebutuhan persediaan material yang tepat maka perusahaan diharapkan dapat mengoptimalkan persediaan yang secara tidak langsung juga akan meminimalkan biayapersediaan (inventory cost). Sistem MRP sangat membantu dalam perencanaan produksi untuk merencanakan kebutuhan bahan baku dengan waktu pemesanan yang tepat sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya. MRP lebih tepat diterapkan pada perusahaan yang terlibat dalam operasi manufaktur yang menghasilkan kuantitas produk yang besar. (Chase, Jacobs, dan Aquilano-2004).
Perencanaan
MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP yaitu kebutuhan
material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP yaitu
Pengendalian persediaan dan Penjadualan produksi. Sedangkan tujuan dari MRP itu
sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus untuk mendukung jadwal
produksi induk, mengendalikan persediaan, menjadwalkan produksi, menjaga jadwal
valid dan up-to date, serta secara khusus berguna dalam lingkungan
manufaktur yang kompleks dan tidak pasti.
Ada empat
tahap dalam proses perencanaan kebutuhan material, tahapan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Netting (Perhitungan
kebutuhan bersih)
Netting adalah proses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan.
2. Lotting (Penentuan
ukuran pemesanan)
Lotting adalah menentukan besarnya pesanan setiap individu berdasarkan
pada hasil perhitungan netting.
3. Offsetting (Penetapan besarnya waktu ancang-ancang)
3. Offsetting (Penetapan besarnya waktu ancang-ancang)
Offsetting bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk
melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan
lead time.
4. Exploding (Perhitungan
selanjutnya untuk level di bawahnya)
Exploding adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat
level dibawahnya, berdasarkan pada rencana pemesanan.
Dengan MRP ini, kita akan mendapatkan informasi mengenai :
1. Bahan dan komponen apa saja yang akan dipesan serta berapa banyak yang diperlukan.
2. Kapan waktu komponen tersebut akan dipesan.
3. Apakah komponen tersebut pemesanannya dipercepat, diperlambat atau dibatalkan.
Secara garis besar, out put MRP ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. MRP Primary
Report (Laporan Utama)
Primary
Report atau
yang biasa dikenal dengan MRP Report, nerupakan format laporan yang terdiri
dari dua bentuk, yaitu format horizontal (dalam harian dan mingguan) dan format
vertikal (dengan waktu dalam setiap harinya).
2. Action
Report (Laporan Kegiatan)
Output ini biasa disebut dengan
MRP Expection Report (laporan pengecualian), perencanaan MRP
memfokuskan perhatian langsung terhadap kebutuhan item dan keputusan selama
melakukan kegiatannya.
3. MRP Pegging
Report (Laporan Penetapan MRP)
Output ini akan menyediakan sumber dari kebutuhan pada level tertinggi
selanjutnya dalam Bill of material, seperti tiap pesanan perusahaan
yang dikeluarkan dari item pada setiap kebutuhan kotor.
Dan yang terakhir adalah keuntungan dari MRP (Heizer,et.al., 1993) yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan
2. Meningkatkan utilitas dari fasilitas dan tega kerja
3. Perencanaan persediaan dan penjadwalan menjadi lebih baik
4. Respon terhadap perubahan pasar semakin cepat
5. Mengurangi level persediaan tanpa mengurangi pelayanan pelanggan
Tujuan
MRP (Material Requirement Planning)
Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Meminimalkan Persediaan
MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan Jadwal Induk Produksi (JIP). Dengan menggunakan komponen ini, pengadaan (pembelian) atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan.
2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengriman
MRP mengidentifikasikan banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pengadaan atau pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi.
3. Komitmen yang realistis
Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen.
4. Meningkatkan efisiensi
MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP).
Dengan demikian terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan MRP (Material Requirements Planning), yaitu :
1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
Kapan pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia agar Jadwal Induk Produksi (JIP) dapat terpenuhi.
2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item melalui sistem penjadwalan.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanaan.
Kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang harus direncanakan didasarkan pada kapasitas yang ada.
Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Meminimalkan Persediaan
MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan Jadwal Induk Produksi (JIP). Dengan menggunakan komponen ini, pengadaan (pembelian) atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan.
2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengriman
MRP mengidentifikasikan banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pengadaan atau pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi.
3. Komitmen yang realistis
Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen.
4. Meningkatkan efisiensi
MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP).
Dengan demikian terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan MRP (Material Requirements Planning), yaitu :
1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
Kapan pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia agar Jadwal Induk Produksi (JIP) dapat terpenuhi.
2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item melalui sistem penjadwalan.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanaan.
Kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang harus direncanakan didasarkan pada kapasitas yang ada.
Resume Pelaksanaan
Sistem MRP
ü
Menentukan
kapan dan jumlah permintaan barang jadi dari master production schedule yang
memperoleh input dari pesanan yang sudah ditetapkan ataupun dari kebutuhan yang
diperkirakan.
ü
Menggunakan
bill of materials untuk mengkalkulasi permintaan gross dari setiap
komponennya yang dimulai dari level 0 (parent item).
ü
Menggunakan
bill of material dan inventory master file untuk menentukan kapan pemesanan dilakukan
sekaligus kapan bahan tersebut sudah harus diterima agar jadwal yang ditetapkan
master production schedule dapat dipenuhi.
ü
Menjalankan
terus MRP yang dimulai dari tempat dimana perubahan terjadi.
Penerus dengan persyaratan perencanaan material (MRP), maka mengintegrasikan perencanaan dari semua aspek (tidak hanya produksi ) dari manufaktur perusahaan . MRP-II meliputi fungsi-fungsi seperti usaha perencanaan, perencanaan produksi dan penjadwalan , kapasitasperencanaan kebutuhan, biaya pekerjaan , pengelolaan keuangan dan peramalan , pemrosesan order , shop floorcontrol , waktu dan kehadiran , pengukuran kinerja , danpenjualan dan operasi perencanaan. Lihat juga teknologi produksi dioptimalkan .
In the
1980s, MRP technology was expanded to create a new approach called
manufacturing resources planning, or MRP II. "The techniques developed in
MRP to provide valid production schedules proved so successful that
organizations became aware that with valid schedules other resources could be
better planned and controlled," Gordon Minty noted in his book Production
Planning and Controlling. "The areas of marketing, finance, and
personnel were affected by the improvement in customer delivery commitments,
cash flow projections, and personnel management projections."
Minty
went on to explain that MRP II "has not replaced MRP, nor is it an
improved version of it. Rather, it represents an effort to expand the scope of
production resource planning and to involve other functional areas of the firm
in the planning process," such as marketing, finance, engineering,
purchasing, and human resources. MRP II differs from MRP in that all of these
functional areas have input into the master production schedule. From that
point, MRP is used to generate material requirements and help production
managers plan capacity. MRP II systems often include simulation capabilities so
managers can evaluate various options.
No comments:
Post a Comment